Kasus Paling Mengerikan Di Indonesia
Kasus Pembunuhan Paling Mengerikan di Dunia
Kasus Pembunuhan Iwan Boedi, Deputi V KSP Sebut Polda Jateng Belum Beri Laporan
Selain mengambil nyawa seseorang secara paksa, pembunuhan juga bisa memberikan trauma bagi keluarga yang ditinggalkan.
Tentu masyarakat pun mendukung jika pelaku mendapatkan hukuman mati.
Kasus Pembunuhan Mayat Wanita dalam Koper di Pangkep, Polisi Curigai Terduga Pelaku
Jack The Ripper diduga jadi aktor utama kasus yang menghilangkan lima orang nyawa di Negeri Tiga Singa tersebut.
Tak hanya sekedar membunuh, Jack The Ripper juga mengambil organ dalam setiap orang yang dibunuh.
Sidang PK Saka Tatal Kasus Pembunuhan Vina dan Eky, Susno Sebut Perlu Pembuktian Kuat
Meski sudah terjadi lebih dari 1 abad yang lalu, pihak polisi belum bisa mengungkapkan identitas asli dari otak pembunuhan.
Pembunuhan Berantai Jack The Ripper
Kasus pembunuhan paling mengerikan pernah terjadi di Whitechapel, London, Inggris pada rentang waktu 1888-1891.
KY Periksa 3 Hakim PN Surabaya yang Vonis Bebas Ronald Tannur di Kasus Pembunuhan Dini Sera
Lantas, mana saja kasus pembunuhan paling mengerikan di dunia? Berikut iNews.id akan berikan informasinya dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (31/8/2024).
Kasus Ryan Jombang
Masyarakat Indonesia mungkin masih ingat dengan kasus pembunuhan berantai Ryan Jombang. Tak hanya diliput oleh media nasional, kasus yang terjadi pada 2006 hingga 2008 ini juga disoroti oleh berbagai media internasional.
Very Idham Henyansyah alias Ryan mengaku telah menghabisi dan memutilasi 11 korban di Jakarta dan Jombang.
Aksi kejinya itu membuat ia divonis hukuman mati pada 6 April 2009.
Motif pembunuhan yang dilakukan Ryan disebabkan karena temannya, Heri mendekati sang kekasih.
Tak ayal, hal itu membuat pria kelahiran 1978 itu terbakar api cemburu dan menghilangkan nyawa temannya tersebut.
Demikian ulasan mengenai kasus pembunuhan paling mengerikan di dunia. Semoga bermanfaat!
Editor: Komaruddin Bagja
Lingkaran Survei Indonesia dan Yayasan Denny JA merilis survei terbarunya "Dicari Capres 2014 yang Melindungi Keberagaman". Dalam survei tersebut juga mencantumkan lima fakta kasus kekerasan terburuk yang terjadi.Menurut Peneliti Yayasan Denny JA, Novriantoni Kahar mengatakan, lima kasus terburuk itu adalah kasus kekerasan antaretnis di Maluku dan Maluku Utara, Dayak versus Madura di Sampit, kerusuhan Mei 1998, Transito Mataram, dan Lampung Selatan. "Kasus-kasus itu ditemukan fakta lima terburuk," ujar Kahar di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (23/12/2012).Lima fakta terburuk dari lima kasus tersebut, lanjut Kahar, dilihat dari fakta jumlah korban, lamanya konflik, luas konflik, kerugian materi, dan frekuensi berita.Kahar menjelaskan, untuk kasus Maluku dan Maluku Utara terdapat 8.000 sampai 9.000 korban meninggal dunia dan 700.000 warga mengungsi. Dengan lama konflik yang mencapai empat tahun, dari 1999 sampai 2002, konflik ini mencakup luasan sampai tingkat provinsi. Kerugian materi akibat konflik tersebut, yakni 29.000 rumah terbakar dan 7.046 rumah rusak, serta 45 masjid, 57 gereja, 719 toko, 38 gedung pemerintah, dan 4 bank hancur. Konflik ini juga menjadi pemberitaan dengan frekuensi sebanyak 147.000 item di Google Search dengan kata kunci "kerusuhan Ambon".Dalam konflik Dayak versus Madura, lanjut Kahar, terdapat 469 korban meninggal dunia dan 108.000 warga mengungsi, dengan lama konflik mencapai 10 hari sepanjang tahun 2001. Cakupan konflik juga terjadi dari Kota Sampit ibukota Kotawaringin Timur meluas ke Kota Palangkaraya, Kuala Kapuas, dan Pangkalanbun. Kerugian materi akibat konflik ini terdiri atas 192 rumah dibakar dan 748 rumah rusak serta 16 mobil dan 43 sepeda motor hancur. Konflik ini memiliki 41.000 item pemberitaan dengan kata kunci "Kerusuhan Sampit" di Google Search.Kahar menerangkan lebih lanjut, Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta juga menjadi kasus konflik kekerasan terburuk. Dalam kasus itu mengakibatkan 1.217 korban meninggal dunia, 85 wanita diperkosa, dan 70.000 warga mengungsi. Dengan lama konflik selama 3 hari, dari tanggal 13 sampai 15 Mei 1998, cakupan konflik ini mencapai se-Provinsi DKI Jakarta. Total kerugian akibat kerusuhan sekitar Rp 2,5 triliun dengan frekuensi pemberitaan di Google Search lewat kata kunci "Kerusuhan 13-15 Mei 1998" sebanyak 24.700 item berita.Kasus konflik kekerasan lainnya adalah Ahmadiyah Lombok atau Transito Mataram. Dalam kasus itu ditemukan 9 korban meninggal duni, 8 luka-luka, 9 gangguan jiwa, 379 terusir, 9 dipaksa cerai, 3 keguguran, 61 putus sekolah, 45 dipersulit membuat KTP, dan 322 dipaksa keluar dari Ahmadiyah. Konflik ini berlangsung hingga 7 kali penyerangan yang massif antara kurun 1998 sampai 2006 dengan 8 tahun warga jadi pengungsian. Cakpuan konflik ini mencapai 4 wilayah provinsi, yakni Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Kota Mataram.Kahar melanjutkan, kasus itu mengakibatkan 11 tempat ibadah dan 114 rumah rusak, dengan 64,14 hektar tanah terlantar, 25 tempat usaha rusak, dan ratusan harta benda rusak dan dijarah. Dengan kata kunci "Penyerangan Ahmadiyah Lombok" di Google Search, konflik ini mempunyai 30.800 item pemberitaan.Kasus konflik kekerasan terakhir adalah di Lampung Selatan. Dalam konflik tersebut, 14 korban meninggal dunia, belasan luka parah, dan 1.700 warga mengungsi dengan lama konflik mencapai 3 hari dari tanggal 27 sampai 29 Oktober 2012. Cakupan luas konflik ini meliputi dua kecamatan, yakni Kalianda dan Way Panji. Total kerugian akibat konflik itu mencapai Rp 24,88 miliar, 532 rumah rusak dan dibakar. Konflik ini memiliki 80.700 item pemberitaan di Google Search dengan kata kunci "Bentrok Lampung Selatan 28 Oktober 2012".(Ein)
Pembunuhan terhadap Elizabeth Short bermula ketika jasadnya ditemukan dalam kondisi terpotong-potong di pinggir jalan oleh seorang ibu rumah tangga bernama Betty Bersinger di Los Angeles.
Namun, tidak ada darah sedikit pun pada potongan-potongan jasad Short, menunjukkan bahwa itu telah dibersihkan sebelum dibuang di lokasi tersebut.
Los Angeles Police Department (LAPD) mengidentifikasi Short lewat autopsi yang dilakukan sehari setelahnya. Tanda di tubuhnya menunjukkan bahwa ia telah diikat dan disiksa. Sementara penyebab resmi kematiannya adalah pendarahan otak dan syok berat.
Ketika berita tentang pembunuhan Short beredar, berbagai surat kabar mulai menyebutnya sebagai Black Dahlia. Sebagian besar alasannya karena rambut hitamnya yang mencolok dan pakaian hitam yang dikenakan pada hari di mana ia dibunuh.
Pada 24 Januari 1947, sebuah amplop mencurigakan dikirimkan kepada tim penyelidik. Paket itu berisi kliping koran bertuliskan, "Ini barang milik Dahlia".
Di dalam amplop itu juga terdapat akte kelahiran Short, kartu nama, foto, nama yang tertulis di selembar kertas, dan buku catatan alamat.
Pihak berwenang meyakini bahwa surat itu dari pembunuh Short. Polisi pun menghubungi sekitar 75 pria dari buku catatan yang diterima lewat amplop misterius, namun mayoritas pria tersebut mengaku hanya mengenal Short secara singkat.
Mengingat bahwa tubuh Short dipotong dengan sangat presisi, pihak berwenang menduga seseorang di bidang medis bisa jadi merupakan pembunuhnya.
Polisi telah memberikan surat perintah ke USC Medical School, yang berlokasi di dekat tempat penemuan jasad Short. Namun, setelah serangkaian wawancara dan pemeriksaan latar belakang, kasus ini belum terpecahkan.
Praktik Pembunuhan Dr. Death
Masih dari tanah Inggris, di tahun 1970-an masyarakat dunia dikejutkan dengan kasus pembunuhan tersadis yang melibatkan seorang dokter bernama Harold Shipman.
Sang dokter membuka praktek medisnya di Yorkshire.
Harold terbukti melakukan pembunuhan kepada setidaknya 215 pasien, Rata-rata korbannya adalah orang tua, wanita, dan pasien dengan kondisi kesehatan yang mulai membaik.
Dokter Harold memberikan obat morfin dengan dosis berlebih kepada pasiennya. Setelah pasiennya tewas, dokter kelahiran Nottingham itu mendiagnosis kematian dengan asal-asalan.
Karena aksi kejinya itu, Harold divonis penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.
Namun pada tahun 2004, sang dokter psikopat yang dijuluki Dr. Death itu ditemukan tewas bunuh diri di penjara Wakefield.
Dukun Pembunuh Ahmad Suradji
Kasus pembunuhan berantai pernah terjadi di Indonesia tepatnya pada tahun 1980-an. Ahmad Suradji atau lebih dikenal dengan nama Datuk Maringgih jadi aktor pembunuhan berantai yang menewaskan 42 wanita pada kurun waktu 1986 hingga 1997.
Metode pembunuhan yang dilakukan Ahmad selalu sama yakni menarik korban ke ladang tebu dan dihabisi.
Sebelum itu, ia mengiming-imingi calon korban dengan kekayaan ataupun kecantikan dan melakukan berbagai ritual.
Aksi busuknya tercium saat polisi menemukan sebuah kuburan massal di ladang Ahmad pada tahun 1977.
Pada akhirnya, sang pelaku utama pembunuhan berantai itu dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi regu tembak pada 2008.
Kasus Pembunuhan Kim Dae-du
Kasus pembunuhan berantai Kim Dae-du sempat membuat masyarakat Korea Selatan gempar. Tragedi berdarah yang terjadi pada 1975 itu setidaknya menewaskan 17 orang.
Tak sekedar membunuh, Kim Dae-du juga memutilasi para korban. Ia hanya membutuhkan 55 hari untuk melakukan aksi kejinya itu.
Hingga pada akhirnya, pria kelahiran 1950 itu mengakui perbuatannya dan dijatuhi hukuman mati pada 1976.
Diduga Kim mengalami gangguan mental yang membuatnya tega untuk memutilasi banyak orang dan merampok. Menariknya, ia hanya mengambil uang USD 50.