Suami Mengejek Fisik Istri

Suami Mengejek Fisik Istri

Pada dasarnya setiap orang tidak suka dibohongi. Hati bisa menjadi sakit apabila dibohongi oleh orang lain, apalagi oleh suami sendiri. Sosok suami yang seharusnya membimbing dan memberikan contoh yang baik kepada istri dan anak-anak ternyata malah berkata dusta dan menimbulkan kekecewaan. Tentu sikap suami tersebut tidak terpuji dan tidak pantas untuk dilakukan.

Allah Swt. pun melarang manusia untuk berbohong. Hal tersebut ada dalam firman-Nya surah Al-Baqarah ayat 42 berikut ini:

“Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kepalsuan atau (janganlah kamu) menyembunyikan kebenaran sedang kamu mengetahuinya.” (Q.S. Al-Baqaroh: 42).

Pembohong Adalah Orang Munafik

Di dalam Islam, orang yang suka berbohong disebut sebagai orang yang munafik. Hal tersebut disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari berikut ini:

“Tanda orang munafik ada tiga, pertama apabila berbicara berbohong, lalu apabila berjanji mengingkari atau menyelisihi janji, dan apabila diberi amanah berkhianat.”

Di dalam surah At-Taubah ayat 68, Allah Swt. memberikan balasan yang berat bagi mereka yang munafik. Allah Swt. berfirman:

“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.”

Baca Juga: Bolehkah Istri Bersedekah dengan Harta Suami?

Berbohong yang Dibolehkan

Meskipun berbohong dilarang oleh agama Islam, akan tetapi ada kondisi-kondisi tertentu yang membolehkan seseorang untuk berbohong. Berbohong di sini bukan untuk kejahatan, akan tetapi untuk nilai-nilai kemaslahatan.

“Aku tidak menganggapnya sebagai seorang pembohong. (Pertama), seorang laki-laki yang memperbaiki hubungan antara manusia. Ia mengatakan suatu perkataan (bohong), namun ia tidak bermaksud dengan perkataan itu kecuali untuk mendamaikan. (Kedua), seorang laki-laki yang berbohong dalam peperangan. Dan (ketiga), seorang laki-laki yang berbohong kepada istri atau istri yang berbohong kepada suami (untuk kebaikan).” (H.R. Abu Daud).

Dalam hadis yang lain, dibahas pula soal ini. Rasul saw. bersabda:

“Ada seseorang yang datang menemui Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah aku berdosa jika aku berdusta kepada istriku?’” Nabi saw. pun menjawab, “Tidak boleh, karena Allah Ta’ala tidak menyukai dusta.” Lalu orang itu pun bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, (dusta yang aku ucapkan itu karena) aku ingin berdamai dengan istriku dan aku ingin senangkan hatinya.” Kemudian Nabi saw menjawab, “Tidak ada dosa atasmu.” (H.R. Al-Humaidi. Hadis ini dinilai sahih oleh Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahihah).

Dari hadis di atas, contoh lainnya seorang suami diperbolehkan berbohong misalnya saat berbohong dengan makanan buatan istri. Karena suami ingin menyenangkan hati istrinya sekaligus menghargai masakan yang dibuat istrinya, maka suami berbohong mengatakan masakan istrinya enak.

Selain itu, contoh lainnya misalnya mengucapkan bahwa istrinya cantik dan menawan untuk membuat suasana hati sang istri membaik. Selama tidak untuk menipu dan berbohong untuk keburukan, maka tidak mengapa suami berbohong kepada istrinya.

Baca Juga: Kriteria Suami Saleh dalam Keluarga

Tidak Menjadikan Bohong Sebagai Kebiasaan

Meskipun berbohong untuk kebaikan itu dibolehkan, tetapi suami tidak boleh menjadikan berbohong sebagai kebiasaan. Misalnya, berbohong kepada istri ada pekerjaan di kantor sehingga harus pulang terlambat, padahal ia terlambat karena berkumpul dengan teman-temannya.

Berhati-hatilah karena berbohong untuk keburukan akan menggiring pelakunya kepada neraka.

Dari Ibnu Mas’ud r.a, ia berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan menuntun menuju surga. Sungguh seseorang yang membiasakan jujur niscaya dicatat di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kemungkaran, sedangkan kemungkaran menjerumuskan ke neraka. Sungguh orang yang selalu berdusta akan dicatat sebagai pendusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Itulah penjelasan tentang hukum dibolehkannya seorang suami berbohong kepada istri. Mudah-mudahan bisa menambah wawasan keislaman baru bagi Sahabat.

Jangan lupa untuk mengunjungi infak.id dari Rumah Zakat untuk menunaikan infak hariannya. Dengan berinfak, maka kita pun bisa membantu orang lain yang sedang kesulitan. Yuk, berinfak melalui infak.id!

Perasaan kamu tentang artikel ini ?

Dalam sebuah hubungan pernikahan, ada kesalahpahaman dan pertengkaran memang wajar terjadi. Namun ingat, pertengkaran juga sepatutnya dilakukan secara sehat, ya.

Perlu menjadi perhatian Bunda jika saat suami marah ia sampai melakukan kekerasan fisik. Kondisi ini tidak bisa didiamkan begitu saja, terlebih jika kebiasaan ini dilakukan lebih dari sekali.

Dikutip dari Psychology Today, psikolog klinis Seth Meyers, Psy.D menuturkan bahwa kekerasan fisik dalam pernikahan bisa menjadi pertanda sebuah masalah besar. Termasuk di antaranya dipukul atau ditampar.

"Kekerasan adalah salah satu hal paling buruk dari sifat manusia, terlebih kekerasan fisik. Ini berarti ada yang tidak sesuai dengan metode pengelolaan emosinya," tutur Meyers.

Hal serupa juga disampaikan psikolog Willard F. Harley, Jr., PhD. Dilansir Marriage Builders, penulis buku His Needs, Her Needs: Building an Affair-proof Marriage tersebut menuturkan pentingnya mengambil sikap tegas jika suami marah sampai melakukan kekerasan fisik.

"Perpisahan mungkin menjadi solusi terbaik jika kondisi ini berlangsung sudah berkali-kali, terlebih jika pengendalian emosinya tak kunjung membaik. Libatkan konselor dan pihak berwajib jika perlu," tutur Harley.

Sayangnya, Harley menuturkan tak sedikit pasangan yang memilih untuk tetap tinggal meski mendapatkan kekerasan fisik berkali-kali.

"Beberapa korban kekerasan fisik menganggap diri mereka sebagai penyebab hal itu terjadi. Padahal seberapa pun salahnya, kekerasan fisik dalam pernikahan bukan sesuatu yang bisa dimaklumi begitu saja," imbuhnya.

Apabila saat tenang suami benar-benar merasa menyesal dan memang berkeinginan untuk bisa lebih mampu mengendalikan emosi, libatkan konselor yang bisa dipercaya ya, Bunda. Proses belajar ini mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga perlu konsistensi dan perencanaan.

Tapi ingat ya, Bunda. Jangan diam saja dan pertimbangkan untuk mencari pertolongan pihak lain jika kekerasan fisik terus terjadi. Tak perlu ragu mengambil sikap tegas, terutama demi keselamatan diri sendiri dan juga anak-anak.

Simak juga video menguak fakta emosi karena lapar:

[Gambas:Video Haibunda]

Taat kepada suami menjadi sebuah kewajiban bagi seorang Muslimah yang telah menikah. Meski demikian, ketaatan istri kepada suami harus terlepas dari segala kemaksiatan. Dalam HR Ahmad, Nabi SAW pernah bersabda, "Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya:...

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.